Grebeg Gulai Tuk Songo dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tradisi Nyadran di Kompleks Makam Kyai Tuk Songo yang lokasi berada tidak jauh dari aliran Kali Progo, Cacaban, Kota Magelang. Grebeg Gulai dan Nyadran dilaksanakan secara rutin pada hari Jum’at Pon pada Bulan Besar. Apabila dalam Bulan Besar tidak ada hari Jum’at Pon , maka Nyadran dilaksanakan pada hari Jum’at Kliwon
Kirab Grebeg Gulai Tuk Songo dimulai dari Lapangan Kwarasan Kota Magelang menuju ke komplek makam Kyai Tuk Songo. Dalam kirab ini, beberapa orang tampil di depan dengan berpakaian bregada yang memikul sebuah tempayan berisi masakan gulai kambing. Di belakang ada beberapa orang yang salah satu tangannya memegang sebuah layah yang berisi daging masakan gulai, kemudian disusul dengan kelompok yang memikul gunungan hasil bumi, dan bagian belakang tampil kesenian tradisional.
Sebelum kirab atau arak-arakan ini berangkat menuju ke komplek makam Kyai Tuk Songo, juga digelar sebuah fragmen yang menceriterakan asal-muasal hadirnya gerebeg gulai kambing ini, dan secara simbolis prosesi gerebeg gulai diawali dengan penuangan daging kambing ke dalam tungku atau tempayan oleh Pejabat Pemerintah Kota Magelang. Dengan penuh kebersamaan dan suka ria, masyarakat pun memasaknya, untuk kemudian masakan tersebut dikirab menuju ke komplek makam Kyai Tuk Songo.
Untuk sampai di komplek makam, yang tidak jauh dari aliran Kali Progo ini, terlebih dahulu harus jalan kaki menyusuri pematang sawah yang berkelok-kelok. Bersamaan dengan itu masyarakat Kelurahan Cacaban Kecamatan Magelang Tengah sudah banyak yang menunggu sambil duduk lesehan di atas alas atau tikar yang dibawa dari rumah masing-masing. Selain membawa tikar atau alas untuk duduk lainnya, warga pun datang juga membawa tas yang berisi makanan, ada yang berbentuk nasi kuning lengkap dengan lauk-pauknya, nasi putih dengan beberapa lauk sayur-sayuran maupun jajanan buatan sendiri.
Beberapa acara juga digelar di komplek makam ini, diantaranya ceramah agama yang dilanjutkan dengan pembacaan Surat Al-Ikhlas, tahlil maupun lainnya. Begitu pembacaan Surat Al-Ikhlas dan tahlil, yang dipimpin seorang kyai atau Ustad selesai dilakukan, beberapa warga langsung saling tukar makanan yang dibawanya. Beberapa saat kemudian, warga pun mulai berebut gunungan hasil bumi, yang di bagian atasnya terdapat sebuah jantung pisang sebagai 'mahkota'-nya. Beberapa orang kemudian juga berebut gulai kambing, yang diletakkan di lokasi lain.
Dalam acara Grebeg Gulai Tuk Songo ini juga dibacakan sejarah riwayat Nyadran ini yang dibacakan seorang warga. Dalam sejarah riwayat Nyadran Tuk Songo disebutkan kalau beberapa tahun silam di wilayah Cacaban terjadi pageblug dan banyak warga yang sakit kemudian meninggal dunia. Hal ini memperoleh perhatian santri dan tokoh agama saat itu, Kiai Kodri, meminta untuk dilaksanakan mujahadahan di tepi aliran Kali Progo ini untuk mohon keselamatan. Kyai Tuk Songo sendiri merupakan nama samaran dari Kiai Ahmad Abdussalam, yang merupakan salah satu murid Pangeran Diponegoro yang berasal dari Keraton Surakarta. Konon Kyai Tuk Songo ini merupakan teman Kyai Langgeng, dan sama-sama berjuang melawan penjajah Belanda.